Selamat Datang di MyNET - Singojuruh. Selain Jasa Internet, Kami Juga Melayani Pengetikan,Penjilitan, Undangan, Printing, Cetak Foto (Camera/HP), Editing,dan Juga Jual PULSA (Kerja Sama Dengan MyCELL). Terima Kasih Atas Kunjungan Anda.

Mynetku Mynetmu Mynet Kita

Mynetku Mynetmu Mynet Kita

Rabu, 11 Desember 2013

CONTOH MAKALAH PENJASKES



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sangat besar artinya bagi pembangunan generasi penerus bangsa. Dengan demikian pendidikan sangat memegang perananan yang sangat penting bagi nasib kehidupan bangsa, karena berkaitan langsung dengan pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan yang teramat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Umaedi (1999) mengatakan bahwa Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan mengadakan pembaharuan kurikulum pendidikan nasional sesuai dengan perkembangan jaman.
Pada saat ini pemerintah telah menerapkan kebijakan pelaksanaan kurikulum baru yang disesuaikan dengan tuntutan jaman. Kebijakan itu ditandai dengan pelaksanaan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) secara nasional. Kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru dalam kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Dalam Kurikulum 2004 ini terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan materi pokok untuk masing-masing mata pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru harus berpedoman pada kurikulum tersebut, sehingga diharapkan siswa akan dapat mencapai standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran, dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Agar tercapai tujuan tersebut guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam penggunaan media maupun dalam strategi dan pendekatan pembelajaran itu sendiri.
Dengan strategi dan pendekatan pembelajaran yang tepat, guru akan dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.


Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa bila siswa mengalami apa yang dipelajarinya. Agar siswa dapat mengalami apa yang dipelajarinya, diperlukan pendekatan yang tepat.
Pada saat ini telah dikembangkan suatu pendekatan dimana guru dituntut untuk dapat mengkaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Pendekatan ini kita kenal dengan istilah pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan kontekstual ini dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani.
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhaan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan hidup sehat. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat memberikan berbagai pendekatan agar siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Cara pelaksanaan pembelajaran kegiatan dapat dilakukan dengan latihan, menirukan, permainan, perlombaan, dan pertandingan
Dari uraian diatas penulis mencoba untuk menerapkan pendekatan bermain dengan menggunakan “Permainan Kepala Beranjau” dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani khususnya pada pembelajaran teknik passing atas permainan bola voli pada siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Saketi, Kabupaten Pandeglang Tahun Pelajaran 2005/2006.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut diatas penulis ingin merumuskan masalah sebagai berikut :

 “ Apakah pendekatan bermain dengan Permainan Kepala Beranjau mampu meningkatkan efektifitas pembelajaran teknik passing atas permainan bola voli pada siswa.”

C. Tujuan

Tujuan penulisan karya tulis adalah sebagai persyaratan seleksi guru berprestasi tahun 2006 merupakan laporan hasil pembelajaran teknik passing atas permainan bola voli dengan pendekatan bermain permainan Kepala Beranjau pada siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Saketi, Kabupaten Pandeglang Tahun Pelajaran 2005/2006

D. Manfaat

Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
Guru Pendidikan Jasmani, agar dalam pembelajaran mata pelajaran pendidikan jasmani menggunakan pendekatan bermain “Permainan Kepala Beranjau” sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
Siswa sehingga memperoleh situasi dan pengalaman pembelajaran yang lebih konkret, bermakna serta menyenangkan.
Penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dalam penulisan karya tulis.


BAB II
DESKRIPSI

A. Konteks Implementasi
Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan pembelajaran yang menjadi bahan laporan penulisan Karya Tulis ini adalah di SMP Negeri 2 Saketi, JL. Desa Mekarwangi, KM.02 Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang.

Subjek
Yang menjadi subjek dalam pembelajaran ini adalah siswa kelas VII A semester Genap Tahun Pelajaran 2005/2006 yang terdiri dari 30 siswa, laki-laki 16 siswa, dan perempuan 14 siswa.

Waktu
Waktu pembelajaran yang menjadi bahan laporan Karya Tulis ini telah dilaksanakan pada minggu ke-1 bulan Maret 2006. Pembelajaran dilaksanakan selama 3 jam pelajaran ( @ 45 menit )

Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran dalam karya tulis ini adalah materi pokok permainan dan olahraga, khususnya permainan bola voli teknik passing atas.

Alat/media yang digunakan
Alat yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah :
a. Bola voli
b. Bola plastik, bola dari plastik bekas
c. Ban sepeda bekas / simpai
d. Net voli
e. Peluit
f. Stopwatch


Media yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah guru dan siswa yang mempunyai kemampuan lebih, yang bertugas mendemonstrasikan teknik passing atas yang menjadi materi pembelajaran.

B. Perencanaan
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang kita harapkan, maka perencanaan yang baik dan matang mutlak harus dilaksanaknan.
Perencanaan pembelajaran dilaksanakan dengan jalan melihat Standar Kompetensi mata pelajaran Pendidikan Jasmani, kemudian mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
Menetapkan Indikator
Memilih metode/pendekatan pembelajaran
Memilih materi pelajaran
Menentukan alokasi waktu
Menentukan alat dan sumber bahan pelajaran
Memilih jenis evaluasi yang dilaksanakan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran karya tulis ini.

C. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada dasarnya menerapkan apa yang telah dilakukan pada tahap persiapan.
Pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal untuk mempersiapkan siswa baik fisik dan mental untuk menghadapi proses pembelajaran lebih lanjut. Pendahuluan dapat dilaksanakan melalui kegiatan absansi siswa, apersepsi dan pemanasan (warming up) khusus untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani.

Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok yang menjadi pokok bahasan materi pembelajaran, kegiatan ini menenmpati prosentase terbesar dari kegiatan pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Jasmani perlu memperhatikan hal-hal seperti berikut :
a. Tahapan pelaksanaan dilakukan dimulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari jarak yang dekat ke yang jauh, dan dari tingkat kesulitan yang rendah ke yang tinggi.
b. Pengorganisasian kegiatan dilaksanakan dengan perorangan, berpasangan, kelompok kecil dan kelompok besar.
c. Cara pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan latihan, menirukan, permainan, perlombaan, dan pertandingan. (Depdiknas, 2004)
Dalam pembelajaran ini digunakan permainan Kepala Beranjau. Cara permainan ini dapat dilihat dalam lampiran.

Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir dari proses pembelajaran materi yang menjadi topik pembelajaran pada hari itu.
Kegiatan penutup dapat berupa kegiatan koreksi, evaluasi maupun refleksi. Dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani, perlu diberikan pendinginan (cooling down), dan pemberian informasi mengenai tugas untuk persiapan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Pelaksanaan pembelajaran yang menjadi bahan laporan karya tulis ini telah dilaksanakan pada minggu ke-1 bulan Maret 2006. Hasil dari pembelajaran dapat dilihat dalam lampiran karya tulis ini.

D. Penilaian
Sesuai dengan pendekatan kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran ini, maka penilaian tidak hanya dilakukan untuk menilai hasil saja tetapi juga proses pembelajaran yang dilakukan siswa juga dinilai. Penilaian hasil dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian kompetensi, tujuan penilaian
adalah menilai sejauh mana siswa mampu mencapai kompetensi hasil belajar, serta memberikan umpan balik terhadap jalannya pembelajaran.


Sesuai dengan pendekatan kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran ini, digunakan penilaian yang sesungguhnya (Authentic Assesment). Penilaian tidak hanya dilaksanakan pada akhir pembelajaran saja tetapi juga dilaksanakan selama proses belajar berlangsung.
Penentuan keberhasilan siswa dalam pembelajaran ini berpedoman pada Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan, rumusan tujuan pembelajaran berbasis kompetensi memiliki standar keberhasilan pencapaian kompetensi dasar, dengan demikian mengarahkan pada penggunaan penilaian acuan patokan (PAP). (Hari Sudarejat : 2004)
Penialaian acuan patokan adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa kepada patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Nurhasan : 2001). Dalam penilaian hasil pembelajaran ini menggunakan patokan 65, artinya bahwa siswa dianggap lulus apabila telah menguasai 65 % dari seluruh materi.
Patokan ini ditetapkan atas dasar pertimbangan logis mengenai tingkat penguasaan minimum. Para siswa yang mencapai atau melebihi patokan ini, dinyatakan lulus, sedangkan siswa yang belum bmencapai patokan tersebut dianggap belum menguasai secara minimum kemampuan tersebut, atau dianggap belum lulus dan harus diberikan remedial
Bentuk penilaian, format penilaian dan hasil penilaian yang digunakan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dalam lampiran.



BAB III
PEMBAHASAN

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perceptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka system pendidikan nasional. ( Depdiknas, 2003 )
Tujuan dan fungsi pendidikan jasmani antara lain adalah :
a. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, melalui aktivitas jasmani.
b. Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (out door education)
Untuk dapat mencapai tujuan siswa dapat mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik, dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru harus memilik dan menerapkan berbagai strategi pembelajaran maupun pendekatan, serta mampu menggunakan alat-alat pembelajaran yang tersedia, maupun menciptakan atau memodifikasi bentuk-bentuk permainan yang menarik siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Dalam makalah ini akan dibahas satu bentuk permainan hasil dari modifikasi penulis dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya permainan bola voli teknik passing atas.
Berdasarkan pengamatan penulis sebagai guru pendidikan jasmani, penguasaan teknik dasar passing atas bagi siswa dirasakan agak susah, dikarenakan biasanya siswa akan merasakan takut dalam melaksanakan latihan passing atas. Apalagi apabila dalam pelaksanaannya guru langsung menggunakan bola voli yang sebenarnya. Siswa akan merasakan takut cedera jari-jari tangannya. Oleh karena itu penulis mencoba menggunakan bola hasil modifikasi siswa maupun bola karet yang ringan, sehingga siswa tidak akan merasakan takut dalam melakukan latihan passing atas.
Dalam pembelajaran ini, guru memanfaatkan alat-alat atau benda bekas berupa ban bekas, bola yang dibuat dari sampah plastik, dan bola karet.


Dalam pelaksanaan pembelajaran teknik dasar passing atas ini digunakan satu bentuk pendekatan bermain dengan permainan “Kepala Beranjau.”
Tujuan Permainan :
1. Melatih keberanian dalam melakukan passing atas
2. Melatih ketepatan passing atas
3. Melatih kerjasama tim
4. Melatih sportifitas

Alat yang digunakan :
1. Bola voli atau bola karet/plastik
2. Ban sepeda bekas/simpai
3. Bangku

Pelaksanaan permainan :
Siswa dibagi kedalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.
Masing-masing kelompok harus menyediakan dua buah bangku, satu buah ban sepeda bekas, dan satu buah bola voli atau bola karet.
Dua orang pemain bertugas memegangi ban sepeda bekas dengan cara dipegang dengan dua tangan dan diangkat diatas kepala, dan berdiri diatas bangku dengan cara berhadap-hadapan. Lingkaran ban sepeda/simpai menghadap keatas. Ban sepeda/simpai ini berfungsi sebagai sasaran.
Satu orang melakukan gerakan pasing atas dengan cara berdiri menghadap sasaran sejauh 2 meter. (Jarak dapat disesuaikan). Pemain berusaha mamasukan bola yang dipasing kedalam ban sepeda/simpai yang dipegangi oleh temannya. Satu orang bertugas mengambilkan bola untuk diberikan kepada teman yang melakukan passing atas. Satu orang menjadi juri untuk kelompok lain, bertugas mengawasi agar kelompok yang lain melakukan permainan dengan sportif, sekaligus mencatat hasil dari pasing atas yang berhasil masuk kedalam sasaran ban sepeda/simpai.
Bola tidak boleh mengenai kepala dari dua orang yang memegangi ban sepeda/simpai sebagai sasaran. Apabila bola mengenai kepala, maka permainan akan berhenti dan kelompok tersebut dinyatakan gugur.


Permainan ini dilaksanakan selama 1 menit untuk setiap anggota regu secara bergiliran. Regu yang telah gugur tidak diperkenankan untuk mengikuti permainan lagi. Setiap bola yang berhasil masuk kedalam sasaran diberi nilai 1. Penentuan pemenang adalah hasil nilai yang terbesar yang dicapai oleh kelompok tersebut.
Berdasarkan pengamatan penulis sebagai guru, dalam mengikuti pembelajaran passing atas ini, siswa sangat antusias dan termotivasi untuk melakukan latihan passing atas tanpa merasakan takut. Dengan permainan “Kepala Beranjau,” tanpa sadar siswa telah melakukan latihan teknik dasar passing atas, dan akhirnya siswa dengan sendirinya dapat menguasai penguasaan gerak dasar passing atas melalui pelaksanaan permainan “Kepala Beranjau” ini.




BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari proses pembelajaran passing atas permainan bola voli yang telah dilaksanakan, ternyata dapat diambil satu kesimpulan bahwa pembelajaran teknik passing atas permainan bola voli efektif diajarkan dengan menggunakan pendekatan bermain, khususnya menggunakan “Permainan Kepala Beranjau.”
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai siswa setelah dilaksanakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil rata-rata nilai siwa diambil dari dua aspek penilaian yaitu nilai proses serta nilai kinerja (unjuk kerja) siswa dalam melakukan teknik dasar passing atas.
Rata-rata nilai dari hasil penilaian sebesar 80.60, nilai terendah sebesar 76, serta ketuntasan 100 %, sehingga tidak ada siswa yang harus diremidial dalam pembelajaran teknik dasar passing atas ini.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembelajaran passing atas permainan bola voli dengan menggunakan pendekatan bermain dengan menggunakan permainan Kepala Beranjau yang telah dilaksanakan, maka disarankan :
1. Bagi pengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan dan menggunakan berbagai permainan, khususnya permainan Kepala Beranjau karena dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi menarik bagi siswa.
2. Bagi pengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani agar dapat menggunakan segala fasilitas yang ada disekolah masing-masing, sehingga kendala kekurangan sarana dalam pembelajaran tidak akan mengganggu proses pembelajaran.
3. Agar dapat diadakan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil pembelajaran pendidikan jasmani dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran pendidikan jasmani yang menggunakan pendekatan yang lain.




DAFTAR PUSTAKA


Kleinmann, Theo & Kruber, Dieter. 1990. Bola Volley Pembinaan Teknik, Taktik dan Kondisi Pengantar untuk Pelatih/Pendidik. Jakarta : PT. Gramedia

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta : Depdiknas

Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Depdiknas

Roji. 2004. Pendidikan Jasmani untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga

Suderajat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pembaharuan Pendidikan dalam Undang-undang Sisdiknas 2003. Bandung : CV Cipta CekasGrafika

Suherman, Adang. 2001. Asesmen Balajar dalam Pendidikan Jasmani Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta : Depdiknas

Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud

Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu. Jakarta : Depdikbud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar